Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering dialami oleh pasien hemodialisis. Hipertensi bisa muncul sebelum kerusakan ginjal dan dapat menjadi faktor penyebab penyakit ginjal kronik (PGK). Namun, hipertensi juga dapat terjadi setelah kerusakan ginjal dan menjalani dialisis. Jika dibiarkan, hipertensi dapat memperberat kerusakan ginjal dan mengganggu kerja jantung, sehingga mengendalikan hipertensi sangat penting untuk dilakukan.
Cara untuk mencegah dan mengendalikan hipertensi saat sedang dialisis adalah dengan menjaga asupan cairan dan garam (natrium). Pastikan Anda menaati rekomendasi dokter mengenai jumlah konsumsi cairan dan garam per harinya. Selain itu, perhatikan pola tidur Anda. Jika saat tidur malam Anda mendengkur keras dan sering terbangun karena merasakan sensasi kehabisan napas sehingga sering mengantuk pada pagi dan siang hari, segera berkonsultasi dengan dokter. Bisa jadi Anda mengalami apnea tidur yang juga dapat mengakibatkan hipertensi.
Apabila keseimbangan cairan tubuh sudah terjaga dan gangguan tidur teratasi, tapi hipertensi masih muncul, dokter dapat merekomendasikan beberapa golongan obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah tinggi, seperti:
- Penghambat enzim pengubah angiotensin, contoh: Benazepril, Captopril, Enalapril
Efek samping yang sering terjadi di antaranya adalah batuk kering dan pusing.
- Penghambat reseptor Angiotensin II, contoh: Candersartan, Valsartan, Telmisartan, Losartan.
Efek samping yang sering terjadi di antaranya adalah sakit kepala dan nyeri otot.
- Penghambat kanal kalsium, contoh: Amlodipine, Diltiazem, Nimodipine.
Efek samping yang sering terjadi di antaranya adalah sakit kepala dan mulut terasa kering.
- Penghambat reseptor beta, contoh: Atenolol, Bisoprolol, Metoprolol.
Efek samping yang sering terjadi di antaranya adalah pusing dan mual.
Pilihan obat hipertensi ditentukan oleh berat tidaknya hipertensi, respon terapi (turun tidaknya tekanan darah setelah diterapi), dan toleransi terhadap efek samping. Pada terapi hipertensi berat (tekanan darah > 160/100 mmHg), dokter dapat merekomendasikan kombinasi dari beberapa jenis obat antihipertensi. Secara umum, target tekanan darah yang diharapkan pada pasien dialisis adalah <140/90 mmHg. Namun ini bisa berbeda bagi tiap individu tergantung kondisi. Monitor tekanan darah secara teratur diperlukan, setidaknya setiap 1-2 minggu, agar hipertensi dapat terdeteksi dan ditangani secepatnya.
Referensi:
-
Taniyama Y. Management of hypertension for patients undergoing dialysis therapy. Renal Replacement Therapy (2016) 2:21
-
Stern A, Sachdeva S, Kapoor R, Singh J, Sachdeva S. High blood pressure in dialysis patients: cause, pathophysiology, influence on morbidity, mortality and management. J Clin Diagn Res. 2014;8(6):ME01-ME4. doi:10.7860/JCDR/2014/8253.4471
Leave A Comment